Aku Yang Menaruh Kagum Padamu
Mungkin, mungkin saja memang ada sosok yang terpikat sejak awal netranya menangkapmu. Cukup dengan kaos lusuh abu-abu dengan jeans biru yang melekat, mampu buatnya terjerat. Kadang akan ikut tersenyum manis dan tergelak sendiri ketika melihatmu begitu bodoh, yang entah mengapa selalu terlihat lucu dan menggemaskan di matanya. Di suatu masa akan pula ikut nelangsa saat kau merenung tak karuan, gundah, dirundung masalah.
Tahukah kau? Ia mulai melakukan hal-hal yang cukup gila. Oh, tentu. Orang yang sedang dimabuk asmara memang gila, tapi maksudku, ini benar terjadi padanya.
Ia bisa bahagia hanya dengan melihatmu berjalan di hadapannya, Teman – temannya mulai berteriak protes, saat ia mulai terlalu sering berlalu lalang di sekitaran sana. Entah dengan berbagai macam alasan yang diberikan pada sang kawan hanya untuk menemaninya ke kantin untuk membeli kentang, toilet, ingin membeli sebotol air mineral, atau hanya sekedar melepas penat setelah melewati Pengantar Akuntansi yang begitu melelahkan. Hanya untuk melihatmu berlama-lama. Hanya dengan memandang dirimu yang sedang tergelak keras sambil melempar guyonan tak berisi pada komplotan, yang oh sungguh sinting memang tapi itu terdengar begitu syahdu atau kau yang sedang berkutat dengan laptop di pangkuan dan buku serta pulpen di tanganmu yang lain. Dahimu berkerut dalam, bingung menatap entah apa yang ada di hadapanmu itu, dan akhirnya mengumpat sebal karena tak berhasil menemukan pemecahan masalahnya, lalu bisa saja kembali tersenyum cerah saat otak bodohmu itu tiba-tiba bekerja dengan baik. Atau tersenyum sambil mengangguk samar saat mata bersua tatap. Lalu diam – diam ada semburat jingga malu – malu di wajahnya. Semuanya, tingkah sesederhana itu dapat menjadi hiburan tersendiri baginya. Melupakan semua masalah dan beban yang ada di pundak. Singkatnya, dirimu membawa begitu banyak hal positif terhadapnya. Ia menikmatinya.
Karena kehadiranmu yang begitu tiba – tiba ia rela terjaga semalam suntuk untuk mencari namamu di data base mahasiswa dengan bermodal nama panggilan yang demi tuhan itu sangat tidak akurat dan akan terdengar bodoh di telinga orang lain, sekedar menyamakan jadwal harian, dalam diam berharap agar selalu satu atap.
Ia diam-diam memeriksa seluruh timeline media sosialmu. Membaca setiap postinganmu. Kadang dia tersenyum. Kadang dahinya juga ikut mengernyit. Kadang juga dia menghela napas panjang. Tetapi akhirnya dia benar-benar membaca akhlakmu dari seluruh akunmu.
Ia juga diam – diam membantu mewujudkan mimpimu. Turut bersusah payah di belakangmu mendoakanmu di setiap sujud terakhirnya. Betapa baginya, mimpimu, akan menjadi mimpinya juga nanti. Entah kapan tetapi ia yakin akan hal itu.
Tapi, yang aku pinta bukanlah kau yang berbalik dan menyadari akan semua hal itu. Tidak. Cukup denganmu yang menuntun hidupmu dengan baik. Begitu pula denganku. Mari, kita berproses bersama untuk menjadi sosok yang lebih mapan emosi, materi, dan perilaku. Kita yang memiliki asa yang siap dibangun dan diwujudkan. Kita yang akan menjadi sosok yang akan dikagumi oleh orang lain kelak. Aku tak akan menuntut. Karena akupun mengamini bahwa tulang rusuk tak akan pernah tertukar pada badan yang salah. Jikalau memang kau adalah takdirku, maka aku akan menjadi seseorang yang dapat kau banggakan, sama sepertimu yang sejak dulu menjadi pemegang nomor satu sukmaku.
Komentar
Posting Komentar